Kota Demak yang berjarak sekitar 1 jam dari Kota Purwodadi ini menarik perhatian saya buat berkunjung kesana dan merasakan Sholat di Masjid Demak. Masjid ini terletak pas di depan Alun-alun jadi sungguh terlihat jelas dari jalan raya. Masa sore hari pemandangan di sini sungguh indah karena terlihat matahari yang terbenam di belakang Masjid.
Masjid yang di percayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para Wali Songo ini banyak dikunjungi wisatawan hampir seluruh Indonesia. Masjid ini sungguh bersejarah dan merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Pendiri Masjid ini merupakan raja pertama dari kesultanan Demak yakni Raden patah bersama para Wali Songo. Walaupun merupakan Masjid Tertua di Pulau Jawa namun bangunan ditempat ini terlihat kokoh dan megah.
Saya datang ke Masjid Demak ini kebetuhan masa weekend sehingga banyak sekali wisatawan yang datang kesini sampai-sampai sungguh sulit mencari tempat parkir karena semua telah penuh. Saya menyempatkan buat Sholat Magrib di Masjid Demak ini. Begitu sampai pelataran Masjid saya bertemu dengan banyak kelompok wisatawan yang habis menunaikan Sholat Magrib disini.
Memang terasa senang melihat banyak jamaah yang datang kesini namun sayang seribu sayang banyak yang tidak mengindahkan kerbersihan di sini. Yang paling mencolok yakni kala saya akan berwudhu tercium bau pesing dari toilet yang ada. Seharusnya setiap pengunjung yang menggunakan fasilitas toilet disini hendaklah kerap menjaga kebersihan sesudah menggunakannya. Jagalah kebersihan dimanapun kita berada, karena kebersihan yakni sebagian dari Iman.
Disini banyak tersedia mukena dan sajadah yang biasa dipakai secara bergantian oleh pengunjung. Jangan lupa kerap merapikannya kembali sesudah memakai ya. Interior didalam terlihat begitu cantik dan terawat.
Di bagian tengah Masjid terlihat ada sekelompok jamaah yang sedang membaca Al-quran dengan pengeras suara yang menambah nuansa religi semakin kental ditempat ini.
Di Masjid Demak ini ada pintu yang terkensl dengan sebutan pintu Bledheg yang konon katanya mampu menangkal petir. Keren sekali ya sahabat traveling.
Selesai Sholat Magrib saya jalan-jalan disekitar Masjid ada area mading yang memberikan informasi sejarah dari Masjid Demak.
Di bagian belakang merupakan area pemakaman raja-raja Demak berserta abdinya seperti Raden Patah, Raden Pati Unus, serta Raden Trenggono. Makam Putri Champa juga berada ditempat ini. Putri Champa yakni ibunda dari Raden Patah yang berasal dari Kerajaan Champa Vietnam. Banyak wisatawan yang berziarah duduk bersila disini sambil mengaji di depan pagar pembatas makam. Banyak juga yang terlihat diam merenung disini. Sesudah selesai ziarah saya memutuskan buat kembali pulang. Nah jalan pulang ini saya diarahkan melewati bagian belakang masjid yang pusat oleh-oleh di kawasan Masjid Demak.
Bagus sekali konsepnya menurut saya, namun sungguh disayangkan sekali begitu keluar area Masjid saya langsung disambut oleh banyaknya pengemis disana. Semua duduk berbaris sambil mengulurkan tangan buat meminta-minta. Semoga pemerintah setempat memberikan perhatian khusus kepada para pengemis disini dan diberikan jalan keluar supaya tidak mengemis lagi. Pasalnya lingkungan disekitar Masjid akan terlihat kumuh jikalau ini dibiarkan terus menerus. Bakal pusat oleh-oleh disini banyak yang menjual pernak-pernik bernuansa islami, seperti tasbih, gamis, lukisan tokoh-tokoh wali songo, baju, makanan dan masih banyak lagi. Harganya juga ramah dikantong jadi sanggup banyak memborong.
Advertisement
Leave a Comment